Pucuk Daun seminyak atau siminyak merupakan sayuran tradisional suku Melayu Rokan, hal itu diketahui dari beberapa komentar ketika penulis memposting foto di jejaring Sosial Facebook dan beberapa sumber di Internet. Penulis sendiri, mengetahui pucuk daun siminyak ini tepatnya di kecamatan Pujud, Kabupaten Rokan Hilir, yang kala itu melihat istri penjaga kebun memetik di areal kebun yang sudah mulai memblukar.
Dari bentuknya, pohon pucuk daun seminyak ini, sekilas mirip dengan pohon melinjo atau nama latinya Gnetum gnemon linn. Namun yang membedakannya dari segi ukuran daun yang sedikit lebih kecil. Begitu juga dengan buahnya, ukurannya juga lebih kecil.
Pucuk siminyak ini biasanya bisa ditemukan di daerah hutan, atau lahan kebun karet atau kebun kelapa sawit, yang sudah mulai memblukar. Tak heran, dipasaran sayur jenis ini jarang bahkan sulit ditemui. Salah satu alasannya, hutan sudah semakin habis dibabat untuk lahan perkebunan. Di perkebunan sendiri, pohon siminyak ini dianggap sebagai gulma, makanya semakin hari populasinya semakin berkurang.
Di kecamatan Pujud sendiri, menurut pengakuan masyarakatnya, pucuk daun siminyak itu, masih ada dijual di pasar tradisional yang buka satu pekan sekali. "Setiap hari Rabu, dipekanan banyak yang jual," kata masyarakat Pujud ketika penulis ingin tahu lebih banyak tentang sayuran tersebut.
Dari segi ekonomis, tampaknya sangat menggiurkan jika dipasarkan dengan serius. Tapi sayang, sayuran tradisional ini masih cukup awam ditelinga masyarakat. Termasuk istri penulis sendiri sangat awam ketika penulis membawa beberapa helai daun siminyak ketika pulang dari kebun sawit orang tua di daerah Pujud.
Nah, untuk diolah menjadi sayur mayur, daun siminyak ini bisa diaplikasikan dan diolah bersama lauk pauk lainnya. Beberapa diantaranya yang penulis ketahui dari beberapa warga Pujud dan para emak-emak di Facebook, yakni : dicampur dengan Mie Instans rebus, ditumis dengan ikan teri, disayur asam dengan ikan sungai, dan lain sebagainya.
Namun konon katanya, tetap nikmat dan terasa manis meski diolah tanpa lauk pauk lainya seperti ditumis, dilodeh (disantan putih), bahkan hanya disayur bening pun tetap lezat dinikmati. Untuk yang terakhir, penulis sendiri sudah menikmatinya. Soal rasa, hmmm..yumi.. (agak lapar).
Bagan Batu, Rohil, Kamis, 13 Oktober 2016
Dari bentuknya, pohon pucuk daun seminyak ini, sekilas mirip dengan pohon melinjo atau nama latinya Gnetum gnemon linn. Namun yang membedakannya dari segi ukuran daun yang sedikit lebih kecil. Begitu juga dengan buahnya, ukurannya juga lebih kecil.
Pucuk siminyak ini biasanya bisa ditemukan di daerah hutan, atau lahan kebun karet atau kebun kelapa sawit, yang sudah mulai memblukar. Tak heran, dipasaran sayur jenis ini jarang bahkan sulit ditemui. Salah satu alasannya, hutan sudah semakin habis dibabat untuk lahan perkebunan. Di perkebunan sendiri, pohon siminyak ini dianggap sebagai gulma, makanya semakin hari populasinya semakin berkurang.
Termasuk tumbuhan gulma di perkebunan |
Di kecamatan Pujud sendiri, menurut pengakuan masyarakatnya, pucuk daun siminyak itu, masih ada dijual di pasar tradisional yang buka satu pekan sekali. "Setiap hari Rabu, dipekanan banyak yang jual," kata masyarakat Pujud ketika penulis ingin tahu lebih banyak tentang sayuran tersebut.
Dari segi ekonomis, tampaknya sangat menggiurkan jika dipasarkan dengan serius. Tapi sayang, sayuran tradisional ini masih cukup awam ditelinga masyarakat. Termasuk istri penulis sendiri sangat awam ketika penulis membawa beberapa helai daun siminyak ketika pulang dari kebun sawit orang tua di daerah Pujud.
Nah, untuk diolah menjadi sayur mayur, daun siminyak ini bisa diaplikasikan dan diolah bersama lauk pauk lainnya. Beberapa diantaranya yang penulis ketahui dari beberapa warga Pujud dan para emak-emak di Facebook, yakni : dicampur dengan Mie Instans rebus, ditumis dengan ikan teri, disayur asam dengan ikan sungai, dan lain sebagainya.
Namun konon katanya, tetap nikmat dan terasa manis meski diolah tanpa lauk pauk lainya seperti ditumis, dilodeh (disantan putih), bahkan hanya disayur bening pun tetap lezat dinikmati. Untuk yang terakhir, penulis sendiri sudah menikmatinya. Soal rasa, hmmm..yumi.. (agak lapar).
Bagan Batu, Rohil, Kamis, 13 Oktober 2016
Silahkan Gunakan Facebook Comment, Jika Anda Tidak Memiliki Url Blog!
Comments for blogger! brought to you by INFONETMU , Ingin Kotak Komentar seperti ini? KLIK DISINI!?
Post a Comment