Jakarta (BBO) - Serbuk sabut kelapa atau "Coco Peat" yang merupakan hasil
samping dari usaha pengolahan serat sabut kelapa dapat menghemat
penggunaan pupuk pada tanaman hingga 50 persen.
"Berdasarkan ujicoba dan simulasi yang dilakukan serbuk sabut kelapa terbukti dapat menghemat penggunaan pupuk hingga 50 persen," ungkap Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI), Ady Indra Pawennari, di Jakarta, Jumat.
Menurut Ady, kemampuan serbuk sabut kelapa menyerap dan menyimpan air 300 persen lebih dari kemampuan lahan, menjadikan pupuk yang diberikan pada tanaman tidak tergerus air pada saat penyiraman atau hanyut pada saat hujan.
"Ini sudah diujicoba pada berbagai jenis tanaman yakni sayur-sayuran, ubi kayu, padi, kelapa sawit dan kayu. Hasilnya luar biasa, pupuk yang diberikan pada tanaman tidak menguap dan terbawa air," jelasnya.
Ady menceritakan pengalaman temannya, Imam Wibawa, di Sungai Guntung, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau yang bercocok tanam dengan menggunakan serbuk sabut kelapa sebagai media tanam, tanpa menggunakan tanah sedikit pun.
Dengan modal pot plastik yang diisi serbuk sabut kelapa, ia sukses memanen cabai sebanyak 500 kilogram di areal seluas 500 meter persegi di belakang rumahnya.
Sementara itu, Nando, di Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, berhasil melewati hadangan kemarau panjang berkat kinerja serbuk sabut kelapa yang dapat menghambat terjadinya penguapan air.
"Berkat serbuk sabut kelapa, tanaman padi di sawah tadah hujan mampu tumbuh meski dihadang kemarau panjang. Sawah yang diberi serbuk sabut kelapa tanahnya selalu gembur, sejuk dan subur, sehingga tanaman padi bisa tumbuh normal," kata Ady.
Cerita lainnya berasal Kadek di Krui, Kabupaten Pesisir Selatan, Lampung.
Benih kelapa sawit yang ditanam dengan menggunakan media tanam serbuk sabut kelapa mengalami pertumbuhan yang cukup mencengangkan. Pada usia tanam 1,5 tahun, tingginya mencapai 2,5 meter. Sedangkan benih kelapa sawit yang ditanam langsung ke tanah, tanpa menggunakan serbuk sabut kelapa tingginya hanya 1 meter.
Atas fakta dan pengalaman dari berbagai daerah, tambah Ady, AISKI terus mengkampanyekan penggunaan serbuk sabut kelapa untuk meningkatkan produktivitas lahan.
Minggu ini, AISKI menyurati Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) untuk menawarkan penggunaan serbuk sabut kelapa sebagai media tanam dan bahan baku untuk pembuatan pupuk organik.
Serbuk sabut kelapa memiliki kandungan trichoderma molds, sejenis enzim dari jamur yang dapat mengurangi penyakit dalam tanah, menjaga tanah tetap gembur, subur dan memudahkan akar baru tumbuh dengan cepat dan lebat.
Selain itu, Ia juga memiliki pori-pori yang memudahkan terjadinya pertukaran udara, dan masuknya sinar matahari. Di dalam serbuk sabut kelapa juga terkandung unsur-unsur hara dari alam yang sangat dibutuhkan tanaman, berupa kalsium (Ca), magnesium (Mg), natrium (Na), nitrogen (N), fospor (P), dan kalium (K).
"Berdasarkan ujicoba dan simulasi yang dilakukan serbuk sabut kelapa terbukti dapat menghemat penggunaan pupuk hingga 50 persen," ungkap Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI), Ady Indra Pawennari, di Jakarta, Jumat.
Menurut Ady, kemampuan serbuk sabut kelapa menyerap dan menyimpan air 300 persen lebih dari kemampuan lahan, menjadikan pupuk yang diberikan pada tanaman tidak tergerus air pada saat penyiraman atau hanyut pada saat hujan.
"Ini sudah diujicoba pada berbagai jenis tanaman yakni sayur-sayuran, ubi kayu, padi, kelapa sawit dan kayu. Hasilnya luar biasa, pupuk yang diberikan pada tanaman tidak menguap dan terbawa air," jelasnya.
Ady menceritakan pengalaman temannya, Imam Wibawa, di Sungai Guntung, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau yang bercocok tanam dengan menggunakan serbuk sabut kelapa sebagai media tanam, tanpa menggunakan tanah sedikit pun.
Dengan modal pot plastik yang diisi serbuk sabut kelapa, ia sukses memanen cabai sebanyak 500 kilogram di areal seluas 500 meter persegi di belakang rumahnya.
Sementara itu, Nando, di Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, berhasil melewati hadangan kemarau panjang berkat kinerja serbuk sabut kelapa yang dapat menghambat terjadinya penguapan air.
"Berkat serbuk sabut kelapa, tanaman padi di sawah tadah hujan mampu tumbuh meski dihadang kemarau panjang. Sawah yang diberi serbuk sabut kelapa tanahnya selalu gembur, sejuk dan subur, sehingga tanaman padi bisa tumbuh normal," kata Ady.
Cerita lainnya berasal Kadek di Krui, Kabupaten Pesisir Selatan, Lampung.
Benih kelapa sawit yang ditanam dengan menggunakan media tanam serbuk sabut kelapa mengalami pertumbuhan yang cukup mencengangkan. Pada usia tanam 1,5 tahun, tingginya mencapai 2,5 meter. Sedangkan benih kelapa sawit yang ditanam langsung ke tanah, tanpa menggunakan serbuk sabut kelapa tingginya hanya 1 meter.
Atas fakta dan pengalaman dari berbagai daerah, tambah Ady, AISKI terus mengkampanyekan penggunaan serbuk sabut kelapa untuk meningkatkan produktivitas lahan.
Minggu ini, AISKI menyurati Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) untuk menawarkan penggunaan serbuk sabut kelapa sebagai media tanam dan bahan baku untuk pembuatan pupuk organik.
Serbuk sabut kelapa memiliki kandungan trichoderma molds, sejenis enzim dari jamur yang dapat mengurangi penyakit dalam tanah, menjaga tanah tetap gembur, subur dan memudahkan akar baru tumbuh dengan cepat dan lebat.
Selain itu, Ia juga memiliki pori-pori yang memudahkan terjadinya pertukaran udara, dan masuknya sinar matahari. Di dalam serbuk sabut kelapa juga terkandung unsur-unsur hara dari alam yang sangat dibutuhkan tanaman, berupa kalsium (Ca), magnesium (Mg), natrium (Na), nitrogen (N), fospor (P), dan kalium (K).
Silahkan Gunakan Facebook Comment, Jika Anda Tidak Memiliki Url Blog!
Comments for blogger! brought to you by INFONETMU , Ingin Kotak Komentar seperti ini? KLIK DISINI!?
Post a Comment